untuk sebuah akhir
Aku seorang pujangga yang tak tahu harus bagaimana
Mengenai perasaan yang datang tanpa diundang,
Ia menghilang
Kamu berdansa di dalam badai dengan pakaian terbaikmu
Aku yang setiap hari berkelahi dengan perasaan sendiri, babak belur oleh ketidakwarasan setiap malam permisi
Aku yang nelangsa, dia yang membuatmu terpesona
Aku yang di sandera, dia yang kamu puja-puja
Aku yang berdarah, dia yang kamu rawat dengan cinta
Tenggorokanku tercekat oleh rindu yang terikat ketika mengingat
Mengingat kita yang tak lagi sama
Yang sudah tak lagi bersama
Percuma merajut cinta
Karena bahkan aku tak mau terbelit di ikatannya
Tapi denganmu, sumpah demi tuhan aku meminta
Aneh, bukan?
Biar saja aku yang egois
Terjebak dalam ilusi yang kuciptakan sendiri
Tenggelam dalam kesedihan
Merayakan kehilangan
Bersulang untuk hidup yang tidak diinginkan
Karena pada akhirnya, sejauh apapun kita berjalan kita tidak akan pernah sejalan
Sekeras apapun aku berusaha, bukan kamu jalan pulangnya
Bukan Tuhan yang sudi perihal kita
Aku pernah jadi orang paling beruntung karena merasakan bagaimana rasanya di cintai olehmu
Meski pura-pura, tapi dalam delusiku ia nyata
Di balik diksi tersembunyi pasti ada satu orang yang diam-diam bermimpi seperti itu
Dia akan mengiri, lalu menangis dalam pangkuan patah hati
Dan aku tidak lagi
Untuk sebuah akhir,
Di cintai olehmu menyenangkan
Puisi yang kau beri di malam hari waktu itu akan abadi
Meski bukan hanya aku yang menjadi subjek dari ukiran aksara yang kau pahat
Tapi aku bersyukur
Setidaknya aku bisa merasakan rasanya di cintai olehmu sebelum malaikat pencabut nyawa menjemput
Jika mereka berdoa agar bisa bersamamu, maka aku berdoa agar kamu selalu bahagia
Terima kasih, ya. Lembar terakhir ini aku tutup dengan senyum
Semoga selalu bahagia dengan hidupmu yang dimana tidak ada lagi aku dalam rencana-rencanamu
Semoga selalu ada cinta meski kita bukan lagi sepasang kekasih romansa