komettarius
2 min readJul 14, 2023

Dia bercerita tentang orang yang dia cintai dihadapan orang yang mencintai nya

Malam dengan dingin yang menusuk tulang itu menjadi saksi bisu atas percakapan kita dengan pembahasan romansa — yang sebenarnya ku hindari genrenya. Padahal dari awal kamu telah menawarkan untuk mengganti genre pembahasan, tetapi aku memaksa menyaksikan. Aku terlalu mau tahu, tentangmu dan salah satu keturunan kaum hawa yang sikapnya membingungkan itu.

Tentang hari-harimu yang di isi dengannya. Waktu terasa begitu cepat, bukan? kamu tersenyum malu-malu, pikiranmu melayang membayangkan jika ia berkontribusi di setiap langkahmu.

Kamu penasaran, kamu mengintip diam-diam, kamu menatap lamat-lamat mata cokelat kayunya yang berbinar, kemudian jantung mu berdegup kencang setelah mata kalian saling bertemu di ujung semu.

Aku mendengarkan ceritamu dengan seksama, padahal hati teriris luka.

Omong kosong bahwa aku bersemangat menunggu kelanjutan, di lubuk hati yang paling dalam, ia meraung kesakitan.

“Buat cast nya itu dulu yang pertama. Makin malem, makin seru pembahasannya” ujarmu bersemangat.

Aku mengangguk sambil tersenyum, padahal batinku berteriak tanpa ampun. “Semakin sakit aku menyimaknya”

Di balik kaca kehidupan, mungkin skenario semesta yang kau jalankan lebih menyenangkan tanpa perlu diceritakan. Tentang dua orang yang di anugerahi cinta yang harus mereka jaga dengan penuh kasih sayang tanpa bertelanjang. Tentang hidupmu yang lebih ramai dengan kehadirannya. Tentang romantisnya hubungan kalian yang membuat iri penghuni surga. Tentang perempuan beruntung itu yang kau banggakan di depan aku yang semata hanya beban.

Dadaku sesak. Tenggorokanku tercekat. Aku sekarat. Ini menyiksa. Tapi bisaku apa? Aku hanyalah manusia biasa yang gemar mengais kata-kata.

Di waktu yang sama, kamu heran dan bertanya-tanya ada apa denganku? Kenapa terlihat murung dan sedih sejak siang bertamu.

Aku mengerutkan alis. Kenapa kamu tahu? Tapi aku harus jadi penipu. Akan jadi masalah besar jika aku berkata jujur tentang hal-hal sedih yang sejak kemarin singgah dan menetap di tubuhku.

Karena di situ, aku di tantang untuk menghargai kebahagiaanmu.

Percakapan malam itu selesai. Dengan aku yang jadi penutup di bab akhirnya. Menceramahimu habis-habisan ; jangan menjadi manusia yang banyak berharap kepada spesies yang sama.

Kamu menutup mata tanpa berpamitan. Sayangnya aku tak bisa melihat mata hitam itu terpejam. Tidur lah.. kamu menunggu hari esok untuk bertemu dia yang penuh kejutan, bukan?

Tinggal aku sendirian. Di sudut kamarku, aku menjadi gadis cengeng. Sudah habis masa gadis periang. Menangis dan menyesali banyak hal yang tak semesta persembahkan. Kenapa.. aku tak menjadi — pion di papan caturnya? Kenapa aku tak menjadi pengisi hidupnya yang suram? Kenapa bukan aku yang menghiburnya ketika wajah keturunan jawa itu muram? Kenapa aku harus menyembunyikan perasaan ini dengan bungkam?

Dan kenapa-kenapa lainnya yang tak perlu di bahas. Kadaluarsa. Ia telah bahagia. Ia akan merayakan hari jadinya. Selamat.

komettarius
komettarius

Written by komettarius

Hanya manusia biasa yang gemar mengais kata-kata.

No responses yet