Aku pernah membuatkanmu puisi tapi sepertinya kamu tidak menyadari. Atau kamu sadar tapi pura-pura untuk tidak tahu dan tidak peduli? Aku tahu susunan kata-kata yang ku rangkai tidak semenarik perempuanmu, tapi sekali-kali coba lirik lah aku.
Jadi aku akan menulis ulang disini, sebagai kenangan bahwa aku pernah sebegitu mengagumimu. Dan semoga suatu saat aku di beri kesempatan untuk mempersembahkan puisi yang ku tulis seorang diri dengan perjuanganmu yang menjadi inspirasinya disitu.
//menjelang 21//
Menjelang 21
Dengan tekanan yang semakin memicu
Kaki itu melangkah mengikuti arah, menolak pasrah
Keringat bercucuran menghujani keningmu yang basah
Tanganmu mengepal sambil berteriak jangan menyerah
Satu pisau menikam, tak jadi masalah
Kau telah memaafkan, tapi tak bisa melupakan
Tak apa
Mari bantai di hari yang kau nantikan
Dan bersulang di atas meja tanpa pengakuan dosa, merayakan kemenangan
Jadikan satu hari itu menjadi sejarah
Indah, tanpa resah
Raih medali dan lupakan hal-hal yang telah menyakiti
Setelah penantian panjang yang mengekang, kau berbaring di atas ranjang dengan senyum mengembang
Menghela napas panjang setelah latihan yang membangkang
Menatap langit-langit kamar dan membatin akhirnya bisa tidur dengan tenang
Hasil dari seorang pejuang
Ingat, jangan begadang
Sudah larut, matahari harus rindu lihat mata kantukmu. Selamat istirahat..
menjelang 21 di bulan Juli, pemberhentian berikutnya, Jambi