komettarius
2 min readSep 5, 2023

Pada malam berkabut yang dinginnya menembus kulit, bintang kejora mengintip di jendela kamarku. Menelisik sebuah tanya, “Akankah ia mengintip di jendela kamarmu jua?”

Dan sedang apakah kamu disana? Menyeruput kopi susu hangat dan bersantai, ataukah sedang dilanda sakit badan sebab terlalu giat berlatih untuk kompetisi?

Barangkali kesempatan masih tersedia maka tanpa segan aku akan mengawali bicara, “Jakarta udah lama ngga nangis langitnya, bahagia terus” yang menjadi alasan utama terciptanya perjamuan kita.

Seperti dulu, gemerlap pekat kehitaman yang kita curahkan segala keluh dan resah tanpa merasa diburu waktu, bersenandung riang melihat dua sejoli saling membasuh luka yang biru.

Tetapi waktu membawamu. Kehidupan berganti juga hadirnya orang-orang baru. Dan perasaanmu, di curi oleh perempuan itu, yang kini bergelar menjadi dambaan hatimu.

Yang bisa kamu lihat adiwarnanya sejauh mata memandang, dan kamu nikmati keindahan parasnya yang rupawan ketika latihan. Dan yang bilamana kamu bertemu dengannya, ia seperti pengantar rapalan ‘baik-baik’ saja dalam hidupmu yang rapuh. Bukan seperti aku, yang hidup hanya berwujud kata-kata belaka.

Aku menghabiskan malam-malam untuk menemukannya sementara ada yang dengan mudah kamu beritahu lewat nyamanmu. Dunia tidak setara bahkan untuk urusan mencintai, ya.

Dari semua kebohongan yang pernah ada di hidupku, kata-kata “aku sayang kamu” adalah kebohongan yang paling aku suka. Percakapan harian yang kita ciptakan, kasih sayang yang di permainkan, perasaanku dan patah hati yang di sepelekan, hanya aku seorang yang mengenang. Karena bagi dirimu apalah ia sekadar angan-angan yang tidak ada harga dirinya.

Bagaimana cara melupakan sosokmu dalam ingatanku? Aku sudah mati-matian menghapusnya, tapi setiap malam ia selalu punya kesempatan. Ia riuh di kepala, mengingatnya menyesakkan dada.

Akan selalu ada tempatmu disini, di hatiku yang liar. Akan selalu ada nyawa untuk bait-bait yang kuukirkan, dengan namamu yang aku langitkan. Akan selalu ada perasaan yang sama, sebelum akhirnya aku membuat puisi pergimu kurayakan.

komettarius
komettarius

Written by komettarius

Hanya manusia biasa yang gemar mengais kata-kata.

No responses yet