ringkihan itu terdengar nyaring di ujung malam yang bising
tepat di jam dua pagi, ia pergi mencari asal mula rindu yang menghantui
tanpa kabar, hanya bisa menahan sabar yang api nya semakin berkobar
bila kau tiba-tiba bertanya,
aku pun bingung harus menjawab apa
alasan apalagi yang harus aku lontarkan
sandiwara apalagi yang harus ku mainkan
tokoh macam apalagi yang harus aku perankan
kau tahu bahwa aku tidak pantas bersanding dengan cinta yang kau punya
aku adalah manusia durhaka
aku adalah kecewanya keluarga
aku adalah batin yang sering di sandera
tetapi aku ingin bersemoga
tulisan-tulisanku ini mampu menenangkan gemuruh hatimu
boleh, ya?
jujur, aku takut jika yang menantiku di seberang bukanlah engkau tuan, melainkan orang lain
padahal sudah jelas kau tidak akan menantiku, bahkan tidak pernah
kumaknai kamu sebagai hilang yang suatu saat nanti akan kembali pulang
karena aku ingin menjadi yakin pada ragumu, menjadi penenang akan cemasmu, menjadi tempat kamu membaca selamat pagiku, menjadi diantara keajaiban di saat aku jatuh cinta kembali
sejauh apapun aku berlari, tetap saja masih tersisa dirimu di benakku
jadi,
abadi saja di dalam aksaraku
sampai rasa ini menghilang tanpa sadar di telan waktu