Untuk beberapa riuh yang menggema isi kepala, lama telah ku arungi samudera akhirnya aku menemukan jawaban yang tak habis-habisnya menjadi tanda tanya. Di bulan Agustus sedang berduka, ternyata makhluk logika sepertimu bukan seperti apa yang selama ini aku tafsirkan.
Kecewa melanda merasuki jiwa pada relung nestapa. Kenapa kamu berubah? Menjadi pertanyaan yang menari-nari di pikiran setiap detik berputar menyesakkan dada. Di setiap langkah yang menyemai, aku belum bisa menerima.
Semenjak penasaranmu kenyang perihal aku, kenyataannya kamu tidak berubah. Bahkan tidak pernah. Kamu.. hanya sudah selesai bermain peran. Peranmu telah usai di dunia yang memang panggung sandiwara. Lelah juga kan harus berpura-pura selama itu, pikirmu.
Aku sempat keliru apakah setelah beranjak dari lembaran ini kamu berganti peran lagi di opera yang berbeda, bermain dengan perempuan gila yang kau kasihani dengan cinta dipandu naskah baru yang lebih romansa. Perlukah ku tebak sendiri kau akan melakukannya? Jika benar agaknya kamu cocok menjadi aktor di masa depan. Namun jika salah, berarti aku kalah karena bisa-bisanya percaya dengan spesies manusia aneh yang hobi mendramatisir peran.
Lebih baik percaya Tuhan.