Kalau suatu hari nanti Tuhan menjemputku, akan ku biarkan kamu tahu rahasia antara aku dan semesta ; aku telah menjadikanmu susunan puisi yang tidak pernah kamu ketahui.
Puisi lahir dari hati yang berdarah. Dari pelupuk mata yang menangis karena terlalu percaya bahwa kita tidak pernah bisa mengukir cerita bersama. Dari tegasnya sabdaan semesta kalau aku tidak akan pernah merasakan bagaimana rasanya menghabiskan hari demi hari bersamamu. Dari tajam nya kenyataan yang menyayat hati kalau mencintaimu sama saja semacam seni melukai diri sendiri. Dan dari rapuh nya jiwaku yang sepi tanpa adanya kamu disini.
Aku tidak takut dengan kematian. Biarlah Tuhan membawaku pergi dari dunia menuju surga. Semoga.
Jauh di alam bawah sadarku, aku berkhayal tentang Banda Neira dan kita disana. Duduk berdua di pinggir pesisir pantai putih yang mempesona, sambil menatap lukisan karya Tuhan yaitu senja yang warna jingganya memanjakan mata. Sesekali bercerita panjang kali lebar tentang hal-hal yang kamu suka ; lagu-lagu kesukaanmu yang ngga jauh dari .Feast atau Hindia. Atau film kesukaanmu yang tidak ada seleraku di dalamnya. Atau mungkin.. membahas berapa banyak mantanmu yang menjadi judul pertengkaran kita.
Mungkin aku memang keterlaluan. Tapi izinkan aku sekali saja.. bermimpi. Meskipun itu sulit.
Aku tidak tahu kenapa aku harus menulis tentangmu. Apakah karena aku mau? Karena aku terpaksa? Atau karena aku telah jatuh ke dalam lubang mengatasnamakan cinta?
Terkadang aku berpikir, apakah aku selalu bisa menjalani hari-hari dengan hadirnya kamu di hidupku? Ternyata aku cuma harus menikmati waktu sama kamu.
Kalau suatu hari nanti aku pergi, semoga tidak ada air mata yang turun dari mata teduhmu yang tak bisa ku lihat lagi. Semoga tidak ada isakan tangis anak laki-laki yang sok tegar padahal aslinya cengeng sekali. Semoga secepatnya kamu bisa menemukan belahan jiwamu dan membuat ikatan janji sejati.
Hari ini, tepatnya di kamarku yang jam delapan pagi masih menyalakan lampu tidur berwarna biru samudera dengan taburan bintang-gemintang nan cantik jelita. Sehari setelah kamu mengabarkan saudaramu dipanggil Yang Maha Kuasa, aku membuat pernyataan.
Ingat satu hal bahwa aku tidak mati. Aku hanya pergi. Dan aku tidak takut dengan kematian. Aku hanya takut kehilangan.
Jadi, rayakan saja kematianku dan kau hiduplah dengan cinta seperti biasa.