aku ; penggemar yang samar dari jauh

komettarius
3 min readSep 15, 2023

--

cr : pinterest

Aku selalu ingin membuat puisi tentangmu. Sampai lelah ini penuh, sampai ia akhirnya menemukan sembuh.

Aku selalu ingin merangkai sajak atas namamu. Sampai aku terlupa bahwa aku sedang menikmati es kopi susu yang menjadi partisipan ketika aku rindu.

Selamat pagi, selamat siang, selamat sore, selamat malam. Apapun berlaku di baca di manapun kamu berada. Terserah apakah sedang bersemayam di sekolah atau tempat latihan kemampuanmu diasah.

Menyadari bahwa semakin hari semakin ada kejutan baru yang mengisi, aku tahu tak selamanya kita bisa bercengkrama layaknya sahabat pena. Saling memberi kabar dan bercerita panjang lebar sekalipun lewat kata-kata. Mengisi waktu luang sekadar mau tahu apa saja yang hari ini kita lakukan, kita lewatkan, dan kita rayakan. Apakah justru kesedihan? Atau ketenangan?

Kabar darimu yang selalu aku tunggu di tiap hari kelam bersamaan dengan wajah kaki langit yang muram, menjadikan ia mantra paling ajaib senantiasa menggagalkan percobaan bunuh diri yang ghaib. Lantunan suaramu yang menyublim ke udara menjadikan ia obat paling mujarab bagi tangisku yang sembab. Setiap kali malam menjemput, kamu tahu aku menanti hadirmu menyaut.

Yang dengan pasti berarti aku sudah bergantung kepadamu. Kediamanmu di Jakarta menguatkan hatiku membayangkan jika kita bersama. Ada kalanya atau tidak, aku takut aku kecewa. Belaian sayangmu hanya bercanda katanya. Kalimat "aku sayang kamu" adalah kebohongan yang paling aku suka.

Karena semakin aku menyayangimu, semakin aku harus melepasmu.. dalam hidupku.

Jadi ku biarkan belati ini mengiris ujung hati lebih lama dari masa periode Belanda menjajah Indonesia. Ku nikmati rasa sakit setiap harinya, agar sebagian dari diriku tak perlu berkelahi dengan waktu ; sebab seberapa lama pun menunggu, tujuanmu bukan lah aku.

Kelak kan kau temukan seseorang yang tidak berantakan dan tenggelam dalam kesepian, yang mencintaimu dengan sangat dalam, tuan. Yang bisa kau jadikan rumah ketika menjumpai lengah, mengecup ranum bibir manismu untuk meredam amarah, memelukmu penuh mesra ketika pulang kerja, merawat kewarasanmu saat gemuruh petir membebani kepala, merengkuhmu pelan saat badai riuh menggema, mengapresiasi segala hal yang telah kau lewati, meyakinkan bahwa kau tidak sendirian lagi. Kalian akan menjadi sepasang kekasih selaras yang berbincang tentang masa depan di sebuah teras.

Ia yang memenangkan perlombaan antara aku dan doa-doa yang ku panjatkan di jam tiga. Yang nantinya setiap kali ia merajuk kan kau sembuhkan dengan peluk. Atau.. kau masakkan nasi goreng dibaluri kerupuk yang rasanya tak begitu buruk.

Kau beruntung karena orang itu, bukan lah aku.

Karena setinggi apapun aku bersemoga, aku adalah aku, aku tetap lah aku, aku ialah aku, dan ini lah aku. Aku hanya bisa menjadi pendukung yang ulung, tanpa memberkati awan mendung berwajah murung.

Aku menyayangimu dengan caraku. Dan caraku ialah menulis tentangmu. Meskipun lebih banyak melahirkan kesedihan karena percaya kau tak pernah bisa ku genggam dengan nyata.

Pergi dan temui lah kekasihmu, lalu biarkan aku mengagumimu meski berakhir pilu.

Ah, ini tidak seperti puisi, ini lebih mirip pengakuan seorang aku ; penggemar yang samar dari jauh yang sedang patah hati.

--

--

komettarius
komettarius

Written by komettarius

Hanya manusia biasa yang gemar mengais kata-kata.

No responses yet